Pages

Monday, January 14, 2013

Bajuku Dulu Tak Begini

Masih susah buat move on, kenangan disana terlalu ngebekas. Well, to be honest mungkin aku belum begitu dekat sedekat-dekatnya sesantai-santainya diri saya menempatkan diri saya di antara mereka. Saya bukan orang yang mudah sekali menunjukkan sisi asli saya begitu cepat. Semua butuh proses, dan saya yakin  proses itu tinggal sedikit lagi, tapi.. yaah, begitulah.. Saya harus kembali menyesuaikan di tempat baru.
Tempat baru, tradisi baru, teman baru, dan.. ehm. Baju baru. Seragam baru, kostum baru.. dadah batikku, dadah blezerku, dadah celana skinny'ku :'(
Duh, menye banget sih.
Saya ga tau apa maksud dibalik semua ini, tapi yang jelas saya masih belum percaya bahwa Tuhan mendengar saya begitu jelas. Ya, sejak dulu saya amat sangat berharap sampai kebawa di mimpi saya akan bekerja di tempat ini, sampai-sampai saya sampaikan (eh?) ke khalayak ramai di sini. Bahkan di saat saya mendapat tempat indah nan damai bernama Biro Kepatuhan Internal (yang untuk selanjutnya saya sebut dengan KI) itu, saya masih (sedikit agak) terpuruk karena tidak bisa mendapat instansi yang saya dambakan. Nakal? Jelas. Kufur? Pasti. Tapi bukan berarti saya tidak pernah bahagia di KI, justru sekarang saya begitu merindukannya. #ecieee
Saya bahagia bekerja di sana, saya senang dengan pekerjaan saya yang mungkin dinilai orang lain "kurang kerjaan". Saya sudah memahami cara kerjanya, apa yang harus saya lakukan dan apa yang tidak harus maupun tidak boleh saya lakukan. Saya sudah cukup memahami karakter masing-masing dan bagaimana berhadapan dengan mereka. Kerjaan yang ribet? That's what i always do, and i never feel that it's too hard to do.
Satu hal yang jadi indikator apakah kamu bahagia dalam bekerja adalah.. kamu tidak akan sedih menghadapi hari Senin. Kamu akan semangat berangkat pagi dan tak akan masalah pulang malam. Lelah? itu pilihan. Bekerjalah layaknya kamu bermain maka kamu tidak akan merasa 'ingin segera selesai'.
Oke, cukup kultumnya. Kultum tersebut spesial saya persembahkan untuk saya sendiri.
Kembali ke ketidakpahaman saya atas begitu-jelasnya-pendengaran-Tuhan. Setelah saya menemukan cara untuk menikmati pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah saya harapkan, Tuhan mengabulkan doa saya yang sempat tertunda. Kesan pertama saya mendengar keputusan itu adalah antara percaya tak percaya, senang-tak senang, sadar-autopilot. Bukankah ini.. doaku dulu? Mimpiku dulu? Mimpi yang.. ketika itu di  daftar nama pegawai yang diterima di DJBC ada nama saya, yang malah kenyataannya saya di Bapepam-LK, dan sekarang.. sekarang.. #terbata-bata
Cukup marissa, seluruh dunia sudah tau betapa nakalnya kamu pada Tuhanmu. Kini apa yang harus kamu lakukan? Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik.
Baiklah, aal iz well.. aal iz well.. aal iz well..
Saya bahagia kok, bener deh :) saya tulis di blog bukan berarti saya galau atau apapun istilahnya, saya sedih atau bagaimana, saya tidak bersyukur.. Bukan. Ini hanya sebagai bahan renungan saya nantinya :)
Terimakasih atas pengertiannya :')